Pages

Kamis, 04 November 2010

Bahasa SMS Riwayatmu Kini


Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan teknologi telah pula turut serta mempengaruhi perilaku manusia dalam berbahasa. Media informasi, khususnya yang berupa elektronik, menuntut manusia berpikir efektif dan efisien dalam menggunakan bahasa sehingga informasi yang disampaikan bisa cepat, singkat, dan padat. Hal ini tampak dari penggunaan bahasa pesan singkat atau yang biasa disebut SMS (short message service).
SMS atau short message service adalah media mutakhir yang ikut mempengaruhi bahasa di masyarakat kita. Sebelumnya, pada 1980-an, radio komunikasi meramaikan istilah baru dalam perbincangan. Farid Hardja, penyanyi kondang, saat itu membuat lagu Bercinta di Udara yang memakai idiom percakapan radio komunikasi ini. Dengan pentingnya peran SMS sebagai alat pengirim pesan tercepat, berbagai istilah komunikasi yang baru ikut lahir dan popular. Pemakaian singkatan serta penggunaan lambang-lambang perasaan atau emoticons bercampur aduk dengan bebas. Ini bisa dimaklumi. Pesan pendek adalah layanan yang melekat pada telepon seluler. Pada awal kelahirannya, dengan kapasitas yang terbatas, pengatur kebijakan harus menetapkan jumlah karakter yang resmi dalam layanan ini.
Adalah Friedhelm Hillebrand, yang pada 1986 duduk menjadi ketua layanan non-voice dalam jaringan Global System for Mobile Communications (GSM). Dialah yang menetapkan jumlah karakter untuk tiap pesan pendek, yaitu 160 karakter. Jumlah ini mengacu ke maksimal huruf dan spasi pada dua baris kata yang ditulis di mesin ketik. Penemuan Hillebrand itulah yang disepakati sebagai jumlah karakter dalam telepon seluler hingga sekarang. Temuan ini pun dikenal sebagai magic number. Keputusan itulah yang mempengaruhi bahasa dalam pesan pendek di seluruh dunia. Namanya juga pesan pendek. Apalagi karena ada tarif untuk setiap pengirimannya. Alhasil, kreativitas pun sangat dibutuhkan. Sebab, untuk berkomunikasi tertulis, Anda dibatasi tarif. Apa yang terjadi di sini sebenarnya hanyalah ekor dari perkembangan serupa yang terjadi di luar negeri. Di negara-negara berbahasa Inggris, bahasa SMS pun mengalami perkembangan yang tidak pernah dibayangkan serta memiliki style ‘gaya’ bahasa masing-masing si penulis SMS. Berkaitan dengan hal ihwal gaya bahasa tersebut, tulisan ini mencoba membuka sebuah wacana terkait penggunaan gaya bahasa dalam SMS.

Sastra dengan bahasa merupakan dua bidang yang  tidak dapat dipisahkan. Hubungan  antara sastra dengan bahasa bersifat dialektis  (Wellek dan Warren, 1990: 218). Bahasa sebagai sistem tanda primer dan sastra dianggap sebagai sistem tanda sekunder menurut istilah Lotman (dalam Teeuw, 1984: 99). Bahasa sebagai sistem   tanda   primer membentuk model dunia bagi pemakainya, yakni sebagai model yang pada prinsipnya digunakan untuk mewujudkan konseptual manusia di dalam menafsirkan  segala sesuatu  baik di dalam maupun di luar dirinya. Selanjutnya, sastra yang menggunakan media bahasa tergantung pada sistem primer yang diadakan oleh bahasa. Dengan kata lain, sebuah karya sastra hanya dapat dipahami melalui bahasa.
Menurut Aminuddin (1997: 1) gaya merupakan perujudan penggunaan bahasa oleh seorang penulis untuk mengemukakan gambaran, gagasan, pendapat, dan membuahkan efek tertentu  bagi penanggapnya sebagaimana cara yang digunakannya. Sebagai wujud cara menggunakan kode kebahasaan, gaya merupakan relasional yang berhubungan dengan  rentetan kata, kalimat dan berbagai kemungkinan manifestasi kode kebahasaan sebagai sistem tanda. Jadi, gaya merupakan simbol verbal. Istilah gaya secara leksikal yang berpadanan  dengan  style berasal dari bahasa Yunani  stylos atau stilus dalam bahasa Latin. Secara umum makna stilos adalah wujud sesuatu, misalnya bentuk arsitektur  yang memiliki ciri sesuai dengan karakteristik ruang dan waktu. Sedangkan stilus bermakna alat untuk menulis sesuai dengan cara yang digunakan  oleh penulisnya. Pengertian ini memberikan dimensi bentuk dan cara yang menyebabkan istilah style mengandung  kategori nomina  dan verba (Aminuddin, 1997: 1).
Stilistika adalah ilmu tentang gaya, terutama gaya bahasa. Lebih jauh lagi, stilistika adalah ilmu yang digunakan untuk menganalisis suatu karya, baik bahasa maupun sastra, untuk menelusuri cara-cara yang khas atau cara pengungkapan tertentu sehingga tujuan yang ingin disampaikan oleh penulis dapat dilakukan semaksimal mungkin. Stilistika merupakan ilmu tentang gaya bahasa, ilmu interdisipliner antara linguistik dansastra, ilmu tentang penerapan kaidah-kaidah linguistik dalam penelitian gaya bahasa, ilmu yang menyelidiki pemakaian bahasa dalam karya sastra, dan ilmu yang menyelidiki pemakaian bahasa dalam karya sastra, dengan mempertimbangkan aspek-aspek keindahannya sekaligus latar belakang sosialnya Dengan lahirnya era Internet, telepon seluler, dan chat (berbincang melalui Internet), lahir pula lalu lintas pesan singkat, dengan bahasa yang tidak lazim, bahkan cenderung ”memberontak” dari tata bahasa Indonesia.
Bahasa pesan pendek di Indonesia tak hanya menggunakan singkatan dari bahasa asing, tapi juga dari bahasa sehari-hari, yang hanya dipahami mereka yang menggunakannya. Penggunaan bahasa SMS di Indonesia tak memiliki pola yang jelas. Terkadang ada yang mengganti huruf dengan angka. Ada pula yang gemar menggabungkan huruf dalam ejaan bahasa Inggris untuk menggantikan bahasa Indonesia.
Berikut contoh :
”4” untuk ”a”, ”5” untuk ”s” , ”0” untuk ”o”, dan seterusnya. Itu sebabnya huruf vokal pun banyak yang hilang entah ke mana. Lainnya, muncul pula kombinasi huruf dan angka: ”s4” untuk kata ”sempat” atau ”t4” untuk kata ”tempat”. Ada juga ”c2” yang diucapkan sesuai dengan ejaan bahasa Inggris. Artinya? ”Situ”. Lihat kalimat kreatif ini: ”ok I’m k c2”, yang berarti ”oke aku ke situ”.
”Yaudh atuh yah, Tidur dh Biar g mkin kruz, Gud nite” Seorang remaja perempuan mengirimkan pesan pendek ke ponsel saya (maksudnya: ” Ya sudah, tidur deh, biar tidak makin kurus, good night”). Bagi mereka, bahasa jenis ini bagian dari identitas mereka: bahasa gaul. Gaya bahasa ini juga muncul dalam catatan harian, entah di buku, blog, atau situs jaringan pertemanan. Jika kita cermati terdapat penyingkatan-penyingkatan yang tidak lazim menurut konvensional, misalnya pada kata : ‘Yaudh (ya sudah), dh (deh), g (gak), mkin (makin), kruz (kurus). Terdapat pula bentuk-bentuk variasi bahasa serapan asing, misal: gud nite (good night), serta penggunaan serapan cirri gaya bahasa orang sunda, misal : atuh . Gaya bahasa dalam sms tersebut mampu mengalami lintas bahasa : bahasa Indonesia, bahasa dialeg sunda, serta bahasa asing. Penyingkatan-penyingkatan yang non konvensional tersebut merupakan upaya untuk menghemat karakter penggunaan huruf dalam sms, serta penggunaan variasi bahasa lebih kepada pengungkapan bahasa gaul yang sedang berkembang. Barangkali benar juga, kita tak perlu bingung, apalagi ketakutan. Anggap saja ini hanya tren yang akan hilang. Di masa lalu, pesan pendek dilakukan melalui telegram, dan kita juga selalu berulang-ulang membacanya agar bisa memahaminya. Mungkin saja seperti telegram yang kemudian hilang, gaya bahasa pesan pendek ini bisa mengalami hal serupa. Yang jelas, sampai saat ini mereka masih menjawab pertanyaan di kertas ulangan sekolah atau kampus dengan kalimat yang jelas, dan bisa dipahami.
Fenomena penggunaan bahasa dewasa ini sedikit banyak ”menyimpang” dari kaidah-kaidah tata bahasa yang semestinya. Apa sebenarnya yang menjadi faktor munculnya fenomena ini? Apakah hukum alam mempunyai peranan penting dalam kemunculannya? Sejauh mana bahasa SMS bisa diterima sebagai suatu konvensi, bahkan jika perlu sebagai bahasa informatika? . Kenyataan memperlihatkan bahwa tak ayal kita mendapati kata-kata semacam t4 (tempat), dmn (di mana), ap kbr (apa kabar), dan lain sebagainya digunakan dalam SMS. Hal ini secara tidak disadari ternyata berkaitan dengan konsep hukum alam yang diungkapkan Kaum Atomis dan Newtonian. Mereka menganggap bahwa dalam usaha mencari dan menempati void (kehampaan), atom selalu mencari jalan yang sependek-pendeknya (via Wahab, 1991). Hukum ini berlaku pula dalam perilaku bahasa SMS. Pengirim pesan (encoder) selalu mengirim pesan (message) sesingkat mungkin kepada penerima pesan (decoder). Dalam proses pembentukan bahasanya, ada aspek kebahasaan yang patut untuk diperhatikan seperti fonologi, sintaksis morfologi, dan wacana. Dalam aspek fonologi bahasa SMS, ada proses pengurangan jumlah suku kata dan pengubahan bunyi baik sebagai akibat dari penghilangan bunyi vokal akhir ataupun vokal atau suku kata yang ada di tengah suatu kata. Istilah Ini biasa disebut apocope dan syncope. Kata-kata seperti aslm, (assalamualaikum), kbr (kabar), sy (saya), km (kamu), bls (balas), cpt (cepat), dan sebagainya adalah beberapa contoh dari penyimpangan fonologi. Kebanyakan bahasa SMS termasuk pada aspek ini. Terkadang tampak pula modifikasi yang muncul di wilayah ini seperti penggabungan kata dengan angka yang bertujuan menyingkat suatu kata dengan tidak mengurangi maknanya. Contohnya adalah t4 (tempat), s7 (setuju (h)), s6 (senam). Sempat kita mendapati fenomena seperti ini pada kata-kata yang muncul di stiker-stiker beberapa waktu lalu seperti domba 3rut (domba tigarut atau domba ti Garut yang berarti domba dari Garut), dan lain-lain.
Selain itu,  dalam aspek morfologi ada pembentukan kata dengan penggabungan dua kata dan memotong kata menjadi lebih pendek. Istilah ini disebut blending dan clipping. Contohnya, matkul (mata kuliah), ftkp (foto kopi), trims (terima kasih), lab (laboratorium), perpus (perpustakaan), dll. (dan lain-lain). Kemudian dalam aspek sintaksis, ada proses pelesapan kata yang kebanyakan muncul dalam kalimat performatif seperti, pg (pagi), mlm (malam) yang ditulis di awal pesan dan sering kali diikuti tanda seru (!). Kata selamat ada kalanya diabaikan. Fenomena penyingkatan dan pemadatan kata ini ditengarai oleh realita yaitu dunia (alam) informasi yang kita diami menuntut kita untuk bergerak lebih cepat dengan mencari jalan sependek mungkin dalam menyampaikan tujuan (berkomunikasi). Di sisi lain, tenaga dan upaya yang dikeluarkan pun menjadi lebih sedikit atau kecil. Secara psikologis, fenomena ini juga memengaruhi mental pengirim dan penerima pesan. Encoder secara alamiah selalu memiliki prinsip maximum ease of articulation, pengirim pesan atau penutur selalu ingin menyampaikan pesan (dengan tenaga dan gerak alat artikulasi) sesedikit mungkin. Sementara decoder cenderung menerapkan prinsip maximum of perceptual separation, ia selalu berusaha memahami makna suatu ujaran (pesan) dengan kerja indera sekecil mungkin. Untuk mempertemukan kepentingan dari encoder dan decoder lewat prinsip ini, diperlukan kompromi atau saling pengertian yang hanya bisa terwujud jika ada konvensi bahasa yang disepakati bersama-sama. Dmkn (demikian).
Tak dapat dipungkiri bahwa perkembangan teknologi telah pula turut serta memengaruhi perilaku manusia dalam berbahasa. Media informasi, khususnya yang berupa elektronik, menuntut manusia berpikir efektif dan efisien dalam menggunakan bahasa sehingga informasi yang disampaikan bisa cepat, singkat, dan padat. Hal ini tampak dari penggunaan bahasa pesan singkat atau yang biasa disebut SMS (short message service). Kekayaan simbol, bentuk penulisan yang menggunakan banyak singkatan justru menunjukkan sebuah keunikan dan kekhasan bahasa SMS dan menurut saya sama sekali tidak bertentangan dengan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, karena pesan yang ingin disampaikan jelas terbaca, kendatipun untuk mencerna agak sulit dan butuh waktu. Bukankah dalam komunikasi yang terpenting adalah, pesan komunikasi tersampaikan.
Referensi
Aminuddin. 1995. Stilistika: Pengantar Memahami Bahasa dalam Karya Sastra. Semarang: CV IKIP Semarang Press.
Luxemburg, Jan van, dkk. 1984. Pengantar Ilmu Sastra. (Edisi terjemahan oleh Dick Hartoko). Jakarta: Gramedia.
Tulisan Irfan Budiman, (Wartawan) Dinukil dari Majalah TEMPO Edisi 14-20 September 2009 dengan judul asli: “SMS”. KODE KRONIK IBOEKOE (B Lok 2009 IBTEM)

1 komentar:

  1. Menurut saya, bahasa SMS yang menggunakan kata-kata yang dipersingkat, itu tidak salah, sebab dalam berSMS terbatas dengan jumlah karakter yg dibolehkan. Yang bikin pusing, jika ada SMS anak alay yang suka mengganti huruh dengan angka. Contoh : 54y4 sdng pu51n6.

    BalasHapus